Senin, 15 Oktober 2012

Friend

0


"Those who break rules and codes are called garbage. But, those who don’t cherish their friends are worst than that."
"Mereka yang tidak mengikuti aturan disebut sampah. Namun, orang-orang yang tidak menghargai sahabat mereka jauh lebih rendah dari sampah."
(Kakashi, Naruto episode 005)


Sahabat, kawan, rekan. Secara bahasa mungkin ia hanyalah satu kata singkat yang terdiri dari beberapa huruf saja. Namun di dalam kehidupan nyata, kata kecil tersebut mampu menghasilkan milyaran kata yang tak akan mungkin dihitung jumlahnya. Tidak percaya? Coba saja tulis atau ceritakan semua sejarah kehidupan hidup anda bersama sahabat-sahabat anda. Entah berapa ribu jam, atau berapa ribu halaman, barulah cerita dan tulisan anda selesai. Bahkan, selama anda bercerita dan menulis itu pun akan ada kisah-kisah baru yang bermunculan bersama mereka. Benar, sahabat itu tidak ada habisnya.

Secara istilah, banyak yang mendefinisikan sahabat itu sebagai seseorang yang konsisten menemanimu, baik saat suka maupun duka. Pendapat ini sangat bagus, namun pengertian tersebut kesannya seakan-akan kita MEMAKSA orang lain untuk menjadi sempurna terlebih dahulu sebelum kita akui sebagai sahabat. Alangkah egoisnya jika kita menuntut demikian, sedangkan yang membutuhkan sahabat adalah diri kita sendiri.

Bagi saya pribadi, hubungan persahabatan itu layaknya sebuah karma antara dua orang. Misalnya A dan B, jika A menemani B dikala B sedang berduka, maka B akan melakukannya pula ketika A yang berduka. Begitu pula yang terjadi dalam keadaan suka cita. Oleh karena itu, apabila kita menginginkan seorang sahabat yang senantiasa ada disaat senang ataupun susah, selalulah ada untuknya disaat senang dan susahnya. Gampang kan?

Selanjutnya, hargailah semuanya, baik calon sahabat, baru sahabat, sedang sahabat, lama sahabat, mantan sahabat, dan sahabat-sahabat lainnya. Sebab, jika sahabat sendiri pun tidak kita hargai, siapa lagi di dunia ini yang bisa kita hargai? Apabila itu sampai terjadi, maka saat itulah kita menjadi sesuatu yang jauh lebih rendah dari SAMPAH.

Demikianlah uniknya karma persahabatan. Tanpa adanya respect kepada orang lain, tidak akan ada respect orang lain kepada kita, dan tanpa respect orang lain, kita akan menjadi sampah masyarakat karena tidak dianggap. Mau? xD

Read more

Complain

0


"In this world, those who aren’t skilled enough tend to complain more."
"Di dunia ini, mereka yang berkemampuan rendah cenderung untuk mengeluh lebih banyak dari yang lain."
(Kakashi, Naruto episode 004)


Ada banyak sekali sifat-sifat alamiah yang menempel pada manusia. Sebagiannya baik, dan sebagian lagi buruk. Tuhan menciptakan sifat-sifat buruk tersebut untuk menguji manusia, apakah ia memilih untuk menyatu di dalam kebaikan, ataukah malah menceburkan dirinya dalam lautan keburukan yang hitam.

Sebagian menyalahkan Tuhan, mengapa Tuhan menciptakan keburukan, mengapa Ia tidak menciptakan yang baik-baik saja. Saya rasa itu pertanyaan yang sangat salah, karena seharusnya manusia bertanya kepada dirinya sendiri, kok mau-maunya ia memilih yang buruk. We are free to choose, dan bukankah mereka sendiri yang memilih untuk berkecimpung dalam keburukan tersebut?

Well, I’m not in a position to judge others anyway, so.. Salah satu sifat buruk-alamiah manusia adalah, ia suka mengeluh, kita suka mengeluh. Mengeluh itu definisi gampangnya yaitu, jika tertimpa suatu masalah atau berhadapan dengan suatu ujian, alih-alih menyelesaikannya, kita malah bertanya: “Kok gini sih? Gitu sih? Damn!”, dan sejenisnya.

Kakashi bilang, manusia cenderung mengeluh karena kekurang-mampuannya mengatasi masalah atau ujian yang ia hadapi. Namun kali ini saya berbeda pendapat. Menurut saya, mengeluhnya manusia cuma disebabkan oleh asumsinya saja, bahwa ia tidak mampu mengatasi masalah atau ujian tersebut. Padahal
Tuhan sudah berjanji, bahwa manusia tidak akan diuji diluar batas kemampuannya.

Lantas, bagaimana cara menghindari, atau meminimalisir sifat buruk ini? Gampang, cukup satu kata: SYUKUR.

Percayalah, di luar sana masih banyak yang lebih sial dari anda. Hari ini anda tidak bisa makan? Well, di luar sana ada jutaan orang yang hidup berhari-hari tanpa makan. Anda pusing mengerjakan tugas sekolah? Lihat, ada jutaan anak disana menangis karena tidak punya uang untuk sekolah.

So, jika sudah begini, apa lagi yang bisa kita keluhkan? :)

Read more

Loneliness

0


"The loneliness, It’s something worse than getting scolded by parents."
"Kesepian itu jauh lebih buruk dari sekedar dimarahi orang tuamu."
(Sasuke, Naruto Episode 003)


Greetings folks. Ada satu hal yang tak terhindarkan dari kehidupan kita sebagai manusia, yaitu bahwa kita merupakan makhluk sosial yang tidak mampu hidup seorang diri. Anda pernah belajar sosiologi? Tentu anda pernah membaca ini, karena konsep manusia sebagai makhluk sosial tersebut adalah pintu pertama dalam memahami ilmu sosiologi.

We need each other, not only to survive, but also to live. Manusia saling membutuhkan satu sama lain bukan cuma karena mereka tidak bisa menyediakan segala kebutuhan jasmaninya sendiri, namun juga karena hanya bersama orang lain lah kita bisa benar-benar hidup. Kasih sayang, cinta, kekeluargaan, atau bahkan perasaan benci sekalipun tidak akan ada tanpa pihak kedua dan ketiga. Those are the things that make a live worth living.

Dengan kenyataan seperti ini, maka pasti susah membayangkan apa jadinya jika kita hidup dalam sepi dan kesendirian. Bagaimana tidak? Sedangkan kebanyakan dari kita selama ini senantiasa hidup di sekeliling orang lain.  Namun setidaknya kita bisa merasakannya lewat Sasuke ataupun Naruto. They completely understand what lonely is. Oleh karena itulah mereka begitu menghargai hubungan yang berhasil mereka bangun bersama orang lain.

Jadi kawan, sebelum kita lupa dan terlambat, mari kita jaga sekuat-kuatnya semua hubungan yang telah kita bangun dengan orang lain. Because loneliness is HELL.

Read more

Hard Work and Guts

0


"Banyak cara yang dikatakan dapat membawa kepada kesempurnaan, namun sebenarnya intinya hanya satu:: kerja keras dan ketekunan."
(Naruto Episode 2)


Kali ini Naruto lagi, siapa sangka tokoh fiksi yang seringkali dikritik karena bentuknya yang adiktif dan katanya telah membuat ribuan anak-anak (dan orang dewasa) membuang waktunya sia-sia di depan TV ini, dari sisi yang lain ternyata mampu menjadi guru kita. Ia mengajarkan tentang arti kehidupan, sikap pantang menyerah, tanggung jawab, pengorbanan, dan masih banyak lagi. Arigato Kishimoto-sensei, I really-really love Naruto after all. ^_^

Benar! Jalan menuju kesuksesan itu banyak, sangat banyak. Kita boleh mengambil jalan A, B, atau C, hingga Z. Semuanya bisa mengantarkan kepada kesuksesan. Namun ada satu hal yang akan menjadi bekal utama dalam menempuh jalan-jalan tersebut, yaitu HARD WORK and GUTS, kerja keras dan ketekunan.

Ingat, jalan apapun yang kita ambil, masing-masing memiliki rintangan tersendiri, dan semua harus dihadapi. Dalam mengatasi rintangan-rintangan tersebut pasti kita akan berhadapan dengan kegagalan. Apabila kita stuck dalam kegagalan tersebut dan tidak mau melangkah maju lagi, maka tidak akan mungkin kita sampai kepada tujuan akhir jalan tersebut yang bernama kesuksesan. Sekali lagi, rintangan dan kegagalan itu pasti gan.

Pada kondisi inilah kita butuh sikap kerja keras dan ketekunan, yaitu dalam menghadapi rintangan plus kegagalan yang pasti itu gan. Bukankah batu yang keras pun lama-lama akan berlubang jika ditetesi air terus-menerus? Jangan menyerah gan! Teruslah melangkah! Pasti suatu saat kamu, kamu, dan kamu akan sampai kepada kesuksesan.

Satu lagi yang sepertinya harus saya kutip dari episode ini:: The road of becoming a Hokage is a brutal one. So of course, there is no shortcut. Viva Naruto!!! :D

Read more

Will

0


"That is my weakest jutsu. But still, I will do it no matter what!"
"Ini adalah jurusku yang paling buruk, namun aku akan tetap melakukannya!"
(Naruto, Naruto Episode 1)


Hai sobat, WILL adalah salah satu unsur terpenting untuk meraih kesuksesan. Bagaimana mungkin kita sukses hanya dengan diam dan duduk termangu di dalam kamar mandi. Pada kondisi itulah kesadaran, tekad, semangat, mental baja, dan sikap pantang menyerah menjadi penting. Sebab, hal-hal itulah yang menjadi pendorong utama yang mampu mengalahkan monster kecil nan beringas yang bernama DIAM. WILL melahirkan aksi, dan aksi itulah yang akan mengantarkan kita kepada kesuksesan.

Well, diam memang berbahaya, tapi seringkali kenyataan itu tertutupi asumsi kita yang merasa bahwa melakukan aksi jauh lebih berbahaya. Kita pikir tindakan A akan menimbulkan resiko A dan tindakan B akan menimbulkan resiko B. Akhirnya kita pun lebih memilih diam dan lari dari resiko-resiko tersebut. Absurd...

Kata orang, melarikan diri itu g laki banget gan. ^_^

Tiap mawar memiliki bunga dan duri. Agar sukses mendapatkan bunganya, kita harus menghadapi durinya. Kadangkala kita akan tertusuk dan menarik tangan kita kembali, namun dengan begitu kita akan belajar untuk menghindari duri tersebut sehingga bisa mendapatkan bunganya dalam percobaan kedua atau ketiga. Tapi dengan diam, kita tidak akan mendapatkan apapun.

Kata orang lagi nih gan, lebih baik mati berjuang daripada hidup terkekang.

Saya kira Naruto sangat memahami ini. Dia tau bahwa dirinya sangat lemah dalam jurus Bunshin, dia tau bahwa dirinya mungkin tidak lulus karena kekurangannya ini, but he do it anyway. Barangkali berhasil, ia bisa lulus dari akademi, namun jika gagal ia masih bisa belajar dari kegagalan tersebut. Pada akhirnya ia berhasil menguasai jurus Bunshin tertinggi yang bernama Kage-Bunshin kan?

G diragukan lagi gan, I really LOVE Naruto. ;D

Read more

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting